KHOTBAH JUMAT, 11 April 2014
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى
وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ
، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ
الله. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
أمَّا بَعْدُ فَيَاعِبَادَ الله أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى الله فَقَدْ فَازَ
اْلـمُتَّقُوْنَ, اِتَّقُو اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَاتَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ.
Ma’asyiral Musilimin Rahimakumullah
Pada kesempatan yang berbahagia
ini, marilah kita berusaha meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan
melaksanakan seluruh perintah-perintahNya dan menjauhi segenap
larangan-laranganNya, Al-Hamdulillah,
segala puji bagi Allah Yang Maha Indah yang ke-indahannya tak pernah menyusut
walau dibagi kepada seluruh warga jagad raya. Keindahan inilah yang membuat manusia betah berada di dunia dan enggan
meninggalkannya. Semoga kita semua senantiasa diberi kesadaran bahwa keindahan
di dunia ini hanyalah sementara. Dan tidak menjadikanya sebagai orientasi dan
tujuan dalam hidup ini.
Materi khotbah kali ini merupakan penjabaran dari istilah rahmat
dalam ayat Az-Zumar 53 yang berbunyi:
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ
لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا
ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ
الرَّحِيمُ
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas
terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
Bahwasannya kita semua dilarang untuk merasa putus asa atas
rahmat Allah swt. Bagaimana kita akan putus asa kalau kita sendiri tidak
memahami rahmat itu sendiri. Oleh karena itulah tema khotbah kali ini akan
lebih banyak membicarakan hal tersebut.
Sebuah kisah yang berdasarkan pada hadist Rasulullah saw dari
cerita Malaikat Jibril “sungguh dahulu pernah ada seorang hamba (‘abid) yang
tinggal seorang diri di sebuah gunung paling tinggi di dunia. Begitu tingginya
gunung itu, sehingga aku (jibril) sering melaluinya ketika hendak turun dari
langit melaksanakan titah dari Yang Maha Kuasa. Gunung itu tidak begitu luas,
tetapi cukup lengkap persediaan bahan makanan dan buah-buahan juga air terjun
yang menyegarkan. Hal itu mempermudah ‘abid menjaga perut dari kekosongan dan
memudahkannya berwudhu sehinga ia selalu dalam keadaan suci.
Di atas gunung yang sangat indah itu, ‘abid hidup selama lima
ratus tahun. Ia tidak punya kegiatan, selain beribadah, bermunajat, dan
berdo’a, tidak pernah terlintas dibenaknya untuk berbuat dosa dan
mendurhkai-Nya. Salah satu do’a yang dikabulkan Allah swt adalah permohonannya
setiap saat untuk mati dalam keadaan sujud. Demikianlah, akhirnya ‘abid
meninggal dunia dalam usia limaratus tahun.
Setelah kematiannya Allah swt berkata kepadanya ‘wahai hambaku
karena rahmat-Ku, kau akan segera aku masukkan ke dalam surga’. Mendengar
pernyataan tersebut si ‘abid berubah mukanya, terkesan tidak terima. Karena ia
merasa bahwa amal-ibadahnnya selama lima ratus tahun tanpa dosa lah yang
menyebabkannya layak masuk ke surga. Bukan semata karena rahmat-Nya. Demikian
protes ‘abid kepada Allah swt.
Mafhum apa yang dimaksud oleh si ’abid. Maka segeralah Allah
menugaskan seorang malaikat untuk menghitung dan menimbang seluruh
amal-ibadahnya selama lima ratus tahun tanpa dosa yang diandalkannya sebagai
modal meraih sorga. Kemudian ditimbangnya amal tersebut dibandingkan dengan
rahmat pemberian-Nya. Ternyata rahmat Allah swt yang diberikan kepada ‘abid
yang terdapat dalam kedua belah mata, termasuk di dalamnya memiliki kemampuan
melihat, itu saja jauh lebih berat nilainya dibandingkan dengan ibadahnya selama
lima ratus tahun. Belum nikmat anggota badan yang lainnya, seperti otak, kaki,
tangan, dan seterusnya.
Maka sesuai dengan protes yang diajukannya, Allahpun
memerintahkan malaikat untuk menyeret si ‘abid ke dalam neraka. Karena nilai
amal-ibadahnya jauh lebih ringan dari pada rahmat yang terdapat pada mata.
Ketika itulah si ‘abid baru sadar ternyata kebergantungannya pada amal tidak
dapat menyelamatkannya. Segera ia meminta ampunan dan mengakui akan segala
kesalahan dan kesombongannya. Ia terlalu mengandalkan amal ibadahanya dan
mengabaikan rahmat-Nya.
Akhirnya Allah mengampuninya dan sekali lagi menanyakan kepada
si ‘abid “apakah engkau masuk surga ini karena amalmu?’ si ‘abid menjawab
“tidak ya Allah Tuhanku, sungguh ini semua karena rahmat-Mu”.
Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Cerita di atas membuktikan betapa hidup manusia ini sangat
tergantung pada rahmat Allah swt sebagai pengatur alam jagad raya. Ia-lah yang
menentukan semuanya. Ia berhak melakukan apapun kepada makhluk-Nya. Sebagai
Sang Pencipta, sebagai Sang Maha Kuasa, Dia bebas menyiksa dan mengganjar siapa
saja yang Ia mau. Tidak ada yang dapat membatasi gerak-Nya. Ketundukan atau
kedurhakaan kita kepada-Nya tidaklah mampu menggeser kekuasaannya walau
sedikitpun. Oleh karena itulah hidup semua makhluk ini sungguh-sungguh
tergantung pada rahmatNya, bukan pada kesholehan amal ibadah kita.
Oleh karena itulah kita diajari sebuah do’a yang sangat masyhur:
اِرْحَمْناَ يَااَللهْ لِاَنَّ رَحْمَتَكَ أَرْجَى
لَنَا مِنْ جَمِيْعِ أعْمَالِنَا, وَاغْفِرْ لَنَا يَااَللهْ لِاَنَّ مَغْفِرَتَكَ
اَوْسَعُ مِنْ ذُنُوْبِنَا
“Ya Allah kasihanilah kami, karena rahmat-Mu lebih kami harapkan
dari pada semua amal kami. Dan ampunilah kami, karena pengampuanan-Mu lebih
luas dari pada dosa-dosa kami.”
Begitulah hendaknya, manusia sebagai hamba yang lemah tidak
dibenarkan terlalu merasa aman dengan amal ibadah yang telah kita kerjakan.
Karena hal itu tidak serta merta mampu menyelamatkan diri kita. Karena
keselamatan dan pertolongan itu terkandung dalam rahmat-Nya.
Dengan kata lain, sungguh merugi jika manusia merasa nyaman
dengan tumpukan dan penjumlahan amal yang telah dilakukannya, dengan harapan
amal-ibadah itu akan menyelamatkannya dari api neraka. Sebuah kisah masyhur
dari kitab Nashaihul Ibad karya Syaikh Nawawi al-Bantani
tentang al-Ghazali. Diceritakan bahwa Imam Ghazali tampak dalam mimpi, maka ia
ditanya “apa yang Allah lakukan kepadamu?” lalu ia menjawab “Allah membiarkanku
di hadapan-Nya, kemudian Allah berkata, Kenapa Engkau dihadapkan kepada-Ku, apa
yang engkau bawa? Maka aku (al-Ghazali) menyebutkan segala amal-ibadahku. Tapi
Allah menjawab “sesungguhnya Aku tidak menerima semua amal-ibadahmu, kecuali
satu amal pada suatu hari ketika kamu membiarkan sesekor lalat hinggap di atas
tintamu dan meminum tinta itu dari ujung penamu, serta engkau membiarkannya
karena kasihan kepada lalat itu”. Kemudian Allah berkata “wahai malaikat,
bawalah hambaku ini ke surga”.
Fragmen Al-Ghazali ini menunjukkan kepada kita bahwa posisi
rahmat Allah itu sangat rahasia. Ia bisa terdapat bentangan amal kita yang
tidak kita ketahui persisnya. Beratus-ratus kitab karya al-Ghazali,
bertahun-tahun ibadahnya, tetapi rahmatnya malah terdapat di tinta pada ujung
penanya? Bukankah secara logika ratusan karya itu lebih bernilai? Tidak
demikian. Rahmat-Nya tidak dapat dikalkulasi, diprediksi dan diperinci karena
rahmat itu adalah hak prerogatif milik-Nya.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Oleh karena itulah tidak dibenarkan bagi kita untuk menilai
rendah sebuah amal ibadah. Walaupun itu sekedar menghindarkan duri dari tengah
jalan. Karena bisa saja amal itu yang dirahmati Allah swt. Kita tidak boleh
meremehkan amal walau sekecil apapun siapa tahu itulah yang akan menyelamatkan
kita di akhirat nanti. Bukankah Sayyidina Umar masuk surga karena sekedar
menyelamatkan burung emprit yang dibelinya dari seorang anak kecil yang
menyiksa burung itu? cerita ini kemudian diabadikan dengan sebutan kitab úsfuriyah.
Begitu sebaliknya. Kita tidak dibenarkan pula menyombongkan amal ibadah walau
sebesar apapun amal tersebut. Karena belum tentu amal itu mengandung
rahmat-Nya.
Ma’asyiral
Musilimin Rahimakumullah
Dalam konteks kekinian rahmat Allah dapat saja berada dalam amal
yang sungguh sepele. Mungkin saja rahmat itu terletak dalam diri anak-anak
jalanan yang mengulurkan tangan ke hadapan kita, atau di dalam diri pengamen
yang menyanyikan lagu sumbang tak jelas suara dan nadanya. Dan juga mungkin
sekali rahmat itu terletak dalam amal kita dalam memberi selembar kertas koran
sebagai alas shalat jum’at. wal hasil sekecil apapaun amal itu tidak boleh kita
sepelekan.
Hal ini tentunya akan mengajak kita memandang fenomena akan
lebih hati-hati dan tidak mudah syu’uddhann. Janganlah kita mudah buruk
sangka dan memandang remeh kepada pekerjaan orang lain. Tukang sayur yang
mangkal setiap pagi, tukang loper koran, tukang ojek dan tukang-tukang lain
yang sering kita nikmati jasanya tanpa kita kenal profilnya dengan dekat,
bahkan seringkali kita jadikan kambing hitam, bisa jadi pekerjaan merekalah
yang mengandung rahmat Allah swt dibandingkan pekerjaan kita.
Akhirul kalam, bahwasannya manusia tidak boleh berputus asa untuk terus
memburu rahmat Allah, karena sesungguhnya rahmat itu amat luas, hanya
kebanyakan manusia tidak memahami hikmah dibalik itu semua.
Ma’asyiral
Musilimin Rahimakumullah
Demikianlah khotbah jum’ah kali ini semoga membawa banyak
man’faat. Minimal meyakinkan pada diri kita agar tidak mudah memandang remeh
pada amal-amal kecil dan juga amal-amal orang lain.
اِناَّ أعْطَــيْــنَكَ اْلكَوْثَرَ . فَصَلِّ لِرَبِّكَ
وَانْحَرْ. اِنَّ شَانِــئَكَ هُوَ اْلاَبْــتَرُ. بَارَكَ
اللهُ لِىْ وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِىْ وَاِيَاكُمْ بِاْلاَيَاتِ
وَالذِّكْرِ اْلحَكِيْمِ إنَّهُ تَعَالىَ جَوَادٌ كَرِيْـمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَءُوْفٌ
رَّحِيْمٌ.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهٰذَا
وَمَاكُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلاَ اَنْ هَدَانَااللهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ لاَنَبِيَّ بَعْـدَهُ. قَالَ اللهُ تَعَالىٰ فِى
كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ, إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ،
يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ وَسَلَّمْتَ وَبَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا
اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِى الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ.
رَبَّنَااغْفِرْلَنَا وَلِاِخْوَانِنَاالَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلاِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِى
قُلُوْبِنَاغِلاًّ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا رَبَّنَا اِنَّكَ رَؤُفٌ رَحِيْمٌ.
اَللّهُمَّ اِنَّانَسْئَلُكَ الْعَفْوَوَالْعَافِيَةَ فِىْ دِيْنِنَا وَدُنْيَانَا
وَاَهْلِنَا وَمَالِنَا اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْـيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِـنَا عَذَابَ النَّارِ.
وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ,
وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْـهٰى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ
يَعِظُكُمْ لَعَـلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَـظِيْمَ
يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْـبَرُ.
Khutbah
II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ
تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ
وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ
اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ
اللهِ اَكْبَرْ
(Redaktur: Ulil H) sumber : nu.or.id
Tags:
khutbah jum'at